Home » , , , » KAPITALISME

KAPITALISME

A.    PROLOG
Manusia sebagai makhluk yang berfikir (berakal) dan berillmu pengetahuan, ia selalu mencari dan menciptakan segala sesuatunya untuk memenuhi kebutuhan hidup di muka bumi ini. Dengan akal fikiran dan pengetahuan itulah ia  kemudian mampu menciptakan suatu peradaban. Dan dengan perdaban tersebut, terlahirlah corak tatanan masyarakat dengan karakteristik yang berbeda-beda dalam tiap tahap perkembangan sejarahnya. Secara empiris, peradaban mengalami perubahan dan perkembangan pada suatu Sistem masyarakat dalam konteks sejarahnya.
Pada jaman primitive (prasejarah) dimana manusia masih secara sederhana dalam kelompok-kelompok kecilnya, manusia bekerja secara kolektif (bersama-bersama) hanya untuk memenuhi kebutuhan atau kepentingan komunenya (kelompoknya). Sistem masyarakat pada komune primitive ini lebih mengutamakan Sistem kolektif. yaitu adanya hak milik bersama atas alat-alat produksi, distribusi kerja yang menyeluruh dan pembagian hasil-hasil produksi yang adil dan merata. Jelas pada pada jaman ini tidak ada kepemilikan secara pribadi atas alat-alat produksi dan tidak pula memunculkan klas-klas antagonis (klas yang saling bertentangan) yang akhirnya mengakibatkan eksploitasi (penghisapan) dari manusia atas manusia. Namun seiring perkembangan waktu, alat-alat produksi kemudian mulai dimonopoli oleh beberapa orang saja yang menguasai hajat hidup orang banyak. Konsekuensi logis dari kepemilikan alat-alat produksi secara monopoli tersebut mengakibatkan terbaginya klas-klas (terbaginya kelompok) di masyarakat. Yaitu klas minoritas yang menguasai alat produksi dan klas yang tidak memiliki alat produksi (klas mayoritas). Pada saat itulah akhirnya, masyarakat terbagi menjadi klas-klas yang antagonistik, yaitu klas yang penindas/penghisap (minoritas yang menguasai alat produksi) dan klas tertindas/terhisap (mayoritas yang tak memiliki alat produksi). Dengan demikian, sejarah yang menggerakkan Sistem dalam masyarakat secara dialektis adalah sejarah perjuangan klas, dimana klas satu akan dikalah oleh klas lain untuk melahirkan klas baru, dan seterusnya.
Secara garis besar, tahapan-tahapan sejarah perkembangan masyarakat dalam konteks perjuangan klas menurut Karl Marx sampai hari, adalah sebagai beriku :
Komune Primitive ----- Perbudakan ----- Feodalisme ----- Kapitalisme
Sejarah perkembangan masyarakat telah mengantarkan pada manusia hingga pada beberapa abad terakhir ini yang telah mendominasi seluruh aspek kehidupan, Sistem tersebut adalah KAPITALISME. Sistem Kapitalisme ini adalah jantung (inti) dari penindasan bagi klas Proletar (klas buruh, tani, kaum miskin kota, nelayan, dll).

B.     PRAWACANA
Eksistensi dari sebuah peradaban aktualisasi (perwujudan) dari keseluruhan komponen dasar Sistem  masyarakat sedang berlaku. Basis kehidupan materiil terutama Sistem ekonomi (infra-strutur) memberi landasan bagi bentu-bentuk pranata (struktur Sosial) dalam masyarakat , yang pada akhirnya akan melahirkan berbagai nilai-nilai dan tatanan kesadaran kolektif (supra-struktur).
Untuk dapat hidup dan mempertahan kehidupannya, manusia pertama-tama harus memenuhi kebutuhan materiilnya, hal ini hanya bisa dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan sarana-sarana pemuas kebutuhan, yaitu kegiatan produksi. Dalam Proses produksi inilah, manusia menggunakan dan mengembangkan alat-alat produksi (alat-alat kerja dan objek kerja) disampingtenaga kerjanya sendiri, dari mulai tangan, kapak, palu, cangkul hingga komputer serta mesin-mesin modern seperti sekarang ini. Alat-alat produksi (ada teknologi di dalamnya) dan tenaga kerja manusia (ada pengalaman, ilmu pengetahuan) yang tidak pernah surut, melainkan terus maju, disebut tenaga produktif masyarakat, yaitu kekuatan yang mendorong perkembangan masyarakat.
Basis kehidupan materiil (Sistem ekonomi) tersebut, pada perkembangannya membentuk suatu yang di atasnya berbagai institusi Negara, institusi Sosial, konsepsi hukum, tata nilai serta elemen socio-culture yang lain dikembangkan.
Dalam suatu aktivitas proses produksi guna memenuhi kebutuhannya, manusia berhubungan dengan manusia lain. Karena proses produksi selalu merupakan hasil saling hubungan antar manusia, maka sifat dari produksi juga bersifat Sosial. Saling hubungan antar manusia dalam suatu proses produksi ini disebut sebagai Hubungan Sosial Produksi. Dari kegiatan produksi ini muncul kegiatan berikutnya yaitu distribusi dan pertukaran barang. Hubungan Sosial produksi dalam sebuah masyarakat bisa bersifat kerja sama atau bersifat eksploitasi (penghisapan). Hal ini tergantung siapakah yang memiliki atau menguasai seluruh alat-alat produksi.
Hubungan Sosial produksi dan tenaga produktif (alat-alat produksi dan tenaga kerja) inilah yang kemudian membentuk cara atau corak produksi (mode of  product)dalam suatu masyarakat. Misalnya corak produksi Komune primitive, perbudakan, feodalisme dan kapitalisme. Perubahan yang terjadi dari suatu corak produksi tertentu ke corak produksi yang lain terjadi akibat berkembangnya tenaga produktif dalam suatu masyarakat, yang akhirnya mendorong hubungan produksi lama tidak dapat dipertahankan lagi dan menunutut adanya hubungan produksi lain. Inilah hukum dasar sejarah masyarakat dan merupakan sumber utama dari semua perubahan Sosial yang ada.

a.      Pengertian Kapitalisme
Kata kapitalisme berasal dari capital yang berarti modal, dengan yang dimaksud modal adalah alat produksiseperti misal tanah, dan uang. Dan kata isme berarti suatu paham atau ajaran. Jadi arti kapitalisme itu sendiri adalah suatu ajaran atau paham tentang modal atau segala sesuatu dihargai dan diukur dengan
Kapitalisme, adalah sebuah nama yang diberikan terhadap Sistem Sosial dimana alat-alat produksi (tanah, uang, pabrik-pabrik dll) dikuasai oleh segelintir orang yaitu klas kapitalis (pemilik modal). Jadi klas kapitalis adalah klas borjuis yang hidup dari kepemilikannya atas alat-alat produksi. Sementara klas lain, yaitu klas buruh yang tidak menguasai alat-alat produksi, hidup dengan bekerja (menjual tenaga kerjanya) kepada klas kapitalis untuk mendapatkan upah.
Pemahaman atau definisi kapitalisme seperti di atas, juga diberikan oleh Max Weber. Ia mendefinisikan Kapitalisme sebagai Sistem produksi komoditi berdasarkan kerja berupah untuk menjual dan diperdagangkan  guna mencari keuntungan. Ciri produksi berdasarkan kerja upah buruh itu merupakan karakter mendasar dari kapitalisme. Bagi Weber, ciri yang lebih fundamental dari kapitalisme adalah terletak pada Sistem pertukaran di pasar, atau yang biasa disebut dengan mekanisme pasar. Sistem mekanisme pasar ini  membawa kosekuensi logis pada proses rasionalisasi yang mengacu pada bagaimana mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Dengan kata lain, bagaimana melakukan akumulasi capital (penumpukan modal) secara terus menerus. Sedangkan akumulasi capital ini dimaksudkan untuk meningkatkan produksi barang atau jasa yang lebih menguntungkan (more profitablae). Keuntungan inilah yang secara dominant bagi rasionalitas teknologi.
Sedangkan bagi Karl Marx, kapitalisme adalah suatu bentuk masyarakat klas  yang distrukturasikan (dibangun) dengan cara khusus dimana manusia diorganisasikan untuk produksi kebutuhan hidup.
Menurut pengertian yang dibuat Lorens Bagus, kapitalisme berasal dari bahasa Inggris, Capitalism atau kata latin, Caput yang berarti kepala. Jadi kapitalisme sendiri adalah Sistem perekonomian yang menekankan peranan capital atau modal. Poin-poin penting yang digunakan untuk mengartikan kapitalisme adalah : pertama, kapitalisme adalah ungkapan kapitalisme klasik yang dikaitkan dengan apa yang dimaksud oleh Adam Smith sebagai permainan pasar yang memiliki aturan sendiri.Kedua, kapitalisme merupakan ungkapan Prancis Laisser-fair, Laisser passer, yang menekankan sebuah pandangan bahwa dalam Sistem ini, kepentingan-kepentingan ekonomi harus dibiarkan berjalan sendiri agar perkembangannya berlangsung tanpa pengendalian atau campur tangan Negara dan dengan regulasi seminim mungkin.Ketiga, kapitalisme adalah ungkapan Max Weber bahwa ada keterkaitan antara bangkitnya kapitalisme dan protestantisme. Jadi kapitalisme merupakan bentuk sekuler dari penekanan protestantisme pada individualisme dan keharusan mengusahakan keselamatannya sendiri.
Dari uraian diatas, dapat dipahami apa itu kapitalisme, secara ringkas kapitalisme adalah suatu Sistem yang memungkin beberapa minoritas/individu untuk menguasai sumberdaya produktif vital – modal/capital – yang digunakan untuk memproduksi komoditas (barang dagangan) dengan tujuan mendapatkan profit (keuntungan)

b.      Teori Dasar Kapitalisme
 Dalam membahas dasar teori ekonomi kapitalisme, maka kita tidak akan lepas dari sosok Adam Smith dengan karyanya yang terkenal, The wealth of Nation tahun 1776, yang kemudian pijakan dasar dari pandangan kapitalisme. Itulah mengapa banyak ekonom lantas menjuluki Adam Smith adalah Bapak Kapitalisme. Salah satu hal yang sangat penting dalam membahas teori dasar kapitalisme adalah dengan membahas ataupun mengetahui teori dasar dari konsep the wealth of nation tersebut, yaitu memaksimal keuntungan individu melalui kegiatan-kegiatan ekonomi yang dimaksudkan membantu kepentingan publik.
The wealth of nation-nya Adam Smith tersebut, pada hakikatnya menginterpretasikan lima prinsip dasar dari kapitalisme murni, yaitu :
1.   kapitalisme adalah pengakuan penuh pada hak milik perorangan atau individu (privatisasi) tanpa batas-batas tertentu.
2.   Kapitalisme merupakan pengakuan akan hak individu untuk melakukan kegiatan ekonomi dengan tujuan meningkatkan status Sosial ekonomi.
3.   Kapitalisme mengisyaratkan pengakuan adanya dorongan atau motivasi ekonomi dalam bentuk semangat  untuk meraih keuntungan sebanyak-banyanya (profit oriented)
4.   Kapitalisme adalah pengakuan akan adanya kebebasan melakukan persaingan dengan individu lain (freedom of competition)
5.   Kapitalisme adalah pengakuan berlakunya hukum ekonomi pasar bebas atau mekanisme pasar. Pengakuan inilah yang kemudian dianggap sebagai manifestasi dari konsep Laisser fair, Laisser passer, sebuah konsep yang akrab dalam perbincangan mengenai dasar teori kapitalisme. Dengan menyerah semua kegiatn ekonomi pada mekanisme pasar (invisible hands), berarti diharuskan tidak adanya campur tangan dan regulasi dari pemerintah.
·         Komoditas (Barang Dagangan)
Peradaban masyarakat dimana kapitalisme berkuasa, tercermin dari adanya suatu akumulasi komoditas yang sangat besar atau luas. Oleh karena itu, penelaan kita harus dimulai dengan analisis terhadap komoditas.
Komoditas, bila dilhat, pertama-tama adalah suatu objek atau benda yang berada diluar kita, sesuatu yang karena sifat dan karakteristiknya, dapat memuaskan kebutuhan manusia. Kegunaan suatu barang yang menyebabkan barang tersebut memiliki nilai pakai. Sedangkan di dalam relasi Sosial, dimana di dalamnya terdapat suatu pola distribusi dan pertukaran, maka di dalam relasi seperti itu muncullah nilai tukar dari barang-barang yang diproduksi. Semua barang yang memiliki nilai tukar sehingga dapat diperdagangkan itulah yang dinamakan komoditas. Dan pasar adalah tempat terjadinya transaksi pertukaran (jual beli) komoditas-komoditas tersebut. Kemunculan nilai tukar dan pasar pada akhirnya memicu terciptanya suatu alat tukar, yaitu uang, dimana uang inilah yang menyatakan nilai tukar dari suatu komoditas dengan komoditas yang lain.
Pada Sistem kapitalisme, uang tidak hanya menyatakan nilai-tukar (uang sebagai alat tukar) dari suatu komoditas belaka, tetapi juga sebagai alat penyimpan kekayaan. Selanjutnya, uang bisa menjadi komoditas, dan juga bisa menjadi capital (modal). Begitu pula halnya dengan komoditas, ia bisa menjadi kapaital.
Dalam Sistem kapitalisme, komoditas diproduksi untuk dijual dengan tingkat laba tertentu, dengan kata lain, komoditas ini diproduksi bukan untuk digratiskan. Siapapun yang mampu membelinya, maka dialah yang berhak mengkonsumsi nilai-pakainya, dan sebaliknya, jika tak mampu membelinya, maka seseorang tak memiliki hak apapun atas barang yang diperjual belikan tersebut.
Dan walaupun terjadi surplus produksi, maka stock barang yang berlebihan tersebut tidak lantas dibagi-bagikan secara Cuma-Cuma, tapi akan tetap dibiarkan sampai ada mau membelinya, atau malah dihancurkan untuk menaikkan harga jualnya. Seperti halnya produksi roti yang berlebihan, sehingga pada akhirnya roti-roti tersebut tetap dibiarkan busuk menjamur di Supermarket-supermaket megah, padahal masyarakat disekitarnya seperti gelandangan-gelandangan sedang kelaparan.
Dalam Sistem ini, apapun yang nilai pakai dan nilai tukar dapat dijadikan sebagai komoditas, mulai dari tanah, air, listrik, minyak, jasa, bahkan tenaga kerja atau pendidikan. Pendek kata, segala sesuatu yang memiliki nilai-guna dan nilai-tukar, maka tersedia sebuah label harga padanya. Dan semua komoditas tersebut, dengan tanpa belas kasihan, menetapkan hukum kapitalis yang sama, “ No pay, No use”. Komoditas tidas lagi diproduksi untuk memenuhi kebutuhan umat manusia, tapi semata-mata untuk dijual guna mendapatkan keuntungan maksimal.

·         Kapital (Modal)
Kapital (modal) terdiri dari segala macam bahan-bahan mentah, perkakas-perkakas kerja (mesin-mesin, computer dll) dan bahan-bahan kebutuhan hidup yang diginakan untuk menghasilkan bahan mentah yang baru, perkakas kerja yang baru dan kebutuhan hidup yang baru.
Namun capital adalah sesuatu yang spesifik, ia muncul dalam relasi produksi tertentu dan relasi Sosial tertentu pada masyarakat dalam tingkat perkembangan kesejarahannya yang tertentu pula. Mesin pemintal kapas adalah tetap mesin pemintal kapas, hanya dalam hubungan-hubungan tertentu ia menjadi capital. Lepas dari hubungan-hubungan ini, ia bukanlak capital. Sebagaimana dengan emas itu bukanlah uang atau gula bukanlah harga gula.
Oleh karenanya, capital adalah juga suatu hubungan produksi dalam keseluruhannya (hubungan Sosial). Ia adalah hubungan produksi borjuis, Suatu hubungan dalam masyarakat borjuis. Bahan-bahan kebutuhan hidup, perkakas-perkakas kerja, bahan-bahan mentah yang menjadikan capital itu diproduksi dan diakumulasi serta digunakan untuk produksi baru, hanya ada di dalam syarat-syarat tertentu, dan di dalam hubungan-hubungan tertentu. Dan justru watak Sosial yang tertentu itulah yang mengubah barang-barang hasil yang digunakan untuk produksi baru itu menjadi kapital. Oleh karenanya, untuk menjadi kapitalis, orang tidak saja harus mempunyai kedudukan perseorangan semata-mata, tetapi juga harus memiliki kedudukan Sosial dalam produksi.
Kapital adalah suatu hasil kolektif, dan ia hanya dapat digerakkan oleh tindakan bersama dari banyak anggota, bahkan dari itu, pada tingkat terkhir, ia hanya dapat digerakkan oleh tindakan bersama dari semua anggota masyarakat.
Sirkulasi Komoditas Dan sirkulasi Modal
Kapitalisme berbeda cukup jauh jika dibandingkan dengan bentuk-bentuk awal produksi komoditi (corak komoditi pra kapitalisme). Bentuk-bentuk awal ini merupakan pola produksi komoditi sederhana. Dalam produksi pra-kapitalisme, prosusen menghasilkan komoditas, menukarkan dengan uang yang sebanding, dan kemudian menggunakan uang tersebut untuk membeli komoditas lain yang sebanding pula. Oleh karena itu, pola produksi sederhana tersebut dapat diterjemahkan dengan:
C—M—C
(Commodity—Money—Commodity)
 Disini dapat dilihat bahwa uang hanya menjadi alat tukar dalam sirkulasi komoditas di pasar (tempat jual beli). Namun dalam perkembangan selanjutnya, pola produksi ini akhirnya berubah dan digantikan Sistem baru yaitu kapitalisme.
Dalam pola produksi kapitalisme, seorang pemilik modal mulai dengan uang yang dimilikinya (modal/ kapitalnya), modal tersebut kemudian digunakan untuk menjalankan proses produksi yang menghasilkan komoditas, selanjutnya komoditas tersebut dijual di pasar untuk mendapatkan sejumlah uang. Namun uang yang di dapat dari penjualan komoditas tersebut lebih tinggi nilainya dari pada uang sebelum proses produksi. Pola sirkulasi kapital dalam hal ini dapat diwakili dengan:
M—C—M1
(Money—Commodity—Money1)
(M1 > M)
Kenaikan nilai dari uang kapitalis (selisih antara M1 dengan M) di dapat dari adanya nilai-lebih (surplus value) dan seiring dengan terus berjalannya sirkulasi tersebut, modal si kapitalis juga semakin bertambah sehingga menyebabkan terjadinya akumulasi.


C.    STRUKTUR PENINDASAN KAPITALISME
Nilai lebih (surplus value)
Nilai lebih (surplus value) tidak dapat muncul dalam sirkulasi komoditas (jual beli dipasar) semata-mata. Hal ini karena dalam mekanisme pasar, komoditas dijual menurut nilainya, dan oleh karena itu, pasar akan selalu menetapkan bahwa pertukaran komoditas selalu ekuivalen (sebanding). Maka, nilai-lebih tidak muncul dalam hubungan antara pembeli dan penjual (hubungan perdagangan).
Lalu, dari manakah asal ketergantungan si kapitalis atau selish antara M1 dengan M ?
Keuntungan si kapitalis sudah barang tentu di dapat dari akumulais nilai-lebih. Sedangkan, karena nilai-lebih tidak muncul dalam hubungan jual-beli komoditas, maka, pastilah nilai-lebih tersebut sudah ada dalam suatu komoditas sebelum ia berada dalam hubungan jual-beli, artinya tindakan menjual dan membeli hanyalah realisasi atau aktualisasi nilai-lebih yang sebenarnya sudah ada di dalam komoditas tersebut.
Selanjutnya, pertanyaan yang dapat muncul adalah : dalam proses seperti apakah nilai-lebih itu tercipta ?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut ada baiknya kita terlebih dahulu menganalisa bagaimana suatu komoditas diciptakan Suatu komoditas yang dijual dipasar diciptakan melalui suatu proses produksi, yang mana dalam proses produksi tersebut terjadi kegiatan perekayasaan terhadap factor-faktor produksi untuk menghasilkan suatu komoditas dengan nilai tertentu sebagai hasil (produk) akhirnya.Di sisi lain, factor-faktor produksi juga merupakan komoditas, sehingga komoditas yang dihasilkan dari proses produksi berasal dari factor-faktor produksi yang juga merupakan komoditas pula. Nilai factor-faktor produksi tersebut merupakan parameter perhitungan biaya produksi, dan harga jual suatu produk-akhir dari proses produksi (nilai komoditas) ditentukan berdasarkan perameter tersebut. Dalam proses produksi, factor-faktor produksi bisa menjadi komoditas dengan nilai baru hanya jika dikenai kerja manusia, maka tanpa dikenai kerja manusia, factor-faktor produksi tersebut hanyalah tumpukan benda mati yang tak berguna. Hanya manusia dengan tenaga kerjanyalah yang dapat menciptakan berbagai komoditas dengan nilainya, bukannya mesisn-mesin atau bahanbahan baku, karena dalam kenyataannya kita tidak pernah menemui bahwa sehelai kain dapat menjahit dirinya sendiri menjadi pakaian. Hal ini mengandung suatu pengertian yang sangat penting, bahwa tenaga-kerja adalah elemen yang sangat fundamental dalam proses produksi komoditi.
   Dalam Sistem kapitalis, tenaga-kerja juga merupakan komoditas, dan dalam proses produksi kapitalis, tenaga kerja ter-reduksi menjadi factor produksi yang sederajat dengan factor-faktor produksi yang lain, seperti; bahan baku dan mesin-mesin. Dan sebagaimana factor-faktor produksi lain, tenaga-kerja didapat dari hubungan jual-beli (pasar tenaga-kerja), dan nilai tenaga kerja tersebut ditentukan selayaknya sebuah komoditas (barang dagangan). Nilai tenaga kerja dalam relasi perdangangan tenaga-kerja antara buruh dan kapitalis muncul dalam bentuk upah buruh ditentukan berdasarkan standart hidup minimumnya, yang nilainya setara dengan sarana-sarana pemuas kebutuhan hidup minimumnya, yang memungkinkan buruh dapat terus bekerja si kapitalis dalam selang waktu tertentu. Jadi upah yang dibayarkan oleh kapitalis bukanlah berdasarkan berapa besar jumlah barang dan keuntungan yang diperoleh kapitalis.
Seperti kita lihat sebelumnya, bahwa hanya factor produksi tenaga-kerjalah yang dapat menciptakan nilai komoditas, dan factor produksi tenaga-kerja ini dibeli oleh si kapitalis selayaknya sebagai sebuah barang dagangan. Dan setelah si kapitalis membeli tenaga-kerja buruh, si kapitalis mengkonsumsinya dengan menyuruhnya bekerja guna menciptakan produk (komoditas), dan si kapitalis menjual produk akhir hasil kerja buruh dengan nilai yang sudah dinaikkan oleh tenaga-kerja tersebut.
Maka, jelaslah kini bagi kita, bahwa nilai-lebih suatu komoditas pasti berasal dari suatu factor produksi yang dapat dibeli lebih rendah daripada nilai penuhnya, suatu factor produksi yang dapat menciptakan nilai yang melebihi nilainya sendirir, yaitu: tenaga-kerja, suatu factor produksi yang hanya terdapat pada para buruh, yakni manusia kongkret yang berdarah-daging beserta seluruh daya ciptanya, inisiatifnya, dan kretifitasnya, yang terpaksa “menjual dirinya” kepada pihak kapitalis untuk bertahan hidup.
Nilai-nilai tercipta karena si kapitalis membayar kurang dari  nilai penuh tenaga kerja yang ia beli. Sehingga dapat dikatakan, bahwa dalam Sistem kapitalaisme, nilai-nilai berakar dalam hubungan upah antara kapitalis dan buruh, dimana buruh dipaksa bekerja melebihi kebutuhan waktu kerja. Kebutuhan waktu kerja itu sendiri adalahnya lamanya waktu yang diperlukan untuk menciptakan nilai komoditas yang setara dengan nilai tenaga kerja buruh (upahnya).
Maka, bila kebutuhan waktu kerja sebagai contoh misalnya 6 jam, tapi buruh dipekerjakan selama 12 jam, maka buruh yang bekerja 6 jam melebihi kebutuhan waktu kerja inilah yang disebut sebagai kelebihan waktu kerja. Kelebihan waktu kerja tersebut buruh menciptakan nilai-nilai lebih yang tidak dibayar padanya, dan semata-mata menjadi milik si kapitalis sebagai keuntungannya.
Bila, setelah menyelesaikan kebutuhan waktu kerja (6 jam, seperti dalam contoh) buruh berhenti bekerja, maka sebenarnya antara si buruh dan si kapitalis telah impas, karena buruh telah menyelesaikan tugasnya, yaitu menciptakan nilai komoditas yang setara dengan nilai tenaga kerjanya (upahnya), dan pastilah tidak ada nilai-lebih yang tercipta, dengan kata lain tidak ada profit bagi si kapitalis.
“Tapi tunggu dulu…!” teriak si kapitalis, “Saya telah membeli buruh untuk bekerja selama 12 jam, dan 6 jam hanyalah setengahnya, maka teruslah bekerja selama 6 jam sisanya…!”. Dan dalam kenyataanya, buruh terpaksa harus memenuhi kontraknya yang telah dibuatnya di bawah kondisi-kondisi yang tidak menguntungkannya, dan lebih cenderung lebih menguntungkan si kapitalis.
Kapitalis dapat membeli tenaga kerja buruh kurang dari nilai penuhnya karena mereka memilki kekuatan ekonomis. Mereka menguasai sarana-sarana produksi, dan buruh, karena tidak tidak memiliki factor-faktor produksi selain tenaga kerjanya sendiri, terpaksa harus menjual tenaga kerjanya tersebut kepada si kapitalis di bawah kondisi-kondisi yang cenderung merugikannya.
Melakui eksploitasi upah inilah, si kapitalis dapat menghisap nilai lebih yang tidak ia bayarkan kepada buruh, yang pada akhirnya memungkinkannya untuk dapat mengakumulasi keuntungan dan melakukan ekspansi bisnis.
Alienasi (Keterasingan)  
Dalam Sistem kapitalisme, tenaga kerja menjadi barang dagangan (komoditas). Hubungan yang terjadi antara kapitalis dan buruh adalah hubungan jual-beli tenaga kerja atau hubungan upah. Buruh bekerja di bawah control si kapitalis, sedangkan produk akhir dari proses produksi sepenuhnya menjadi milik si kapitalis. Di samping itu, keuntungan kapitalis  didapat dari eksploitasi terhadap buruh. Situasi ini pada akhirnya melahirkan kondisi alienasi (keterasingan) yang bersifat dehumanisasi (Tidak memanusiakan manusia).
Di bawah kapitalisme, manusia di alienasikan dari pekerjaannya, dari barang yang dihasilnya, dari manusia yang menjadi majikannya, dari manusia yang menjadi rekan kerjanya, dan dari kemanusiaan diri mereka sendiri. Dengan kata lain, hubungan manusia-manusia tersebut bukan lagi menjadi hubungan krmanusiaan, tapi hubungan yang semata-mata dinyatakan dngan upah.
Buruh tidak dengan sukarela menjual tenaga-kerjanya dengan harga yang minimum, tapi terpaksa melakukan hal tersebut karena harus bertahan hidup, dank arena ia terpaksa harus bersaing dengan mayoritas besar buruh-buruh yang lain. Sehingga pada akhirnya, ia harus menerima kenyataan pahit bahwa tenaga kerjanya dihargai seminim itu.
Buruh menjual tenaga kerjanya pada pihak kapitalis, dimana tenaga kerjanya tersebut tak lain hanya ada pada totalitas dirinya, tubuhnya beserta daya-ciptanya, potensi kreatifnya, dengan kata lain ia telah menjual dirinya sendiri, dan lebih jauh lagi hal ini berarti ia menjual hidup beserta kehidupannya.
Buruh terjerat dalam kungkungan kapitalis dan ia tidak dapat meninggalkan seluruh “klas pembeli” (klas kapitalis), karena satu-satunya sumber penghidupannya adalah penjualam tenaga kerjanya. Maka, jika ia meningglakan seluruh “klas pembeli” tersebut, konsekuensinya ia juga harus aaaaaa meninggalkan kehidupannya, dan jika beruntung ia hanya akan berada dalam baying-bayang kelaparan dan kemelaratan serta terlempar ke dalam dasar jurang terdalam dari stratifikasi Sosial, berkumpul bersama sampah masyarakat yang lain.
Setelah dibeli si kapitalis, buruh dianggap berguna hanya selama ia mampu untuk gemilang, namun kesemuanya itu diperuntukkan bagi kaum berpunya, sedangkan kekayaan yang diperuntukan oleh kaum buruh hanyalah upah, tidak lebih dari pada upah, dan yang pasti beserta bonus eksploitasi nilai-lebih.
Seorang buruh, bekerja untuk hidup. Ia malah tidak menghitung pekerjaanya sebagai kehidupannya, kain sutera yang ditenunnya, emas yang ditambangnya, tidak pula istana yang dibangunnya. Yang dihasilkan bagi dirinya sendiri hanyalah upah – sekali lagi, tak lebih dari pada upah, sehingga kain sutera, emas, istana-istana hasil karyanya tersebut menjelma dalam bentuk segelintir kebutuhan hidup minimum yang setara dengan gubuk sempit yang dihunuinya. Dan si buruh yang menenun, memintal, menambang, membangun atau berkuli selama 12 jam, 16 jam, 18 jam bahkan lebih, tidak menjadikan kesemua pekerjaaan tersebut sebagai manifestasi klehidupannya. Malah sebaliknya, kehidupannya baru dimulai begitu pekerjaan-pekerjaan tersebut telah selesai, yaitu di meja makan, di warung-warung, di rumah, di ruang keluarga, di depan televise, di tempat tidurn.
Betapa sebuah bentuk penindasan yang nyata, untu wanita-wanita muda Indonesia atau Amerika Latin yang dilukiskan dalam tulisan-tulisan Naomi Klein, dimana mereka menjahit busana elegan yang tak pernah mereka sanggup beli dengan upah mereka sebesar sedolar sehari, atau kaum tani India yang tergusur oleh perusahaan kapitalis guna menghasilkan bahan makanan yang tidak mungkin akan dinikmati oleh para petani tersebut, ataupun kaum buruh pabrik baja di Amerika yand diPHK karena industri mereka menghasilakan terlalu banyak baja.

D.    WATAK DASAR KAPITALISME
Kapital menuntut kapitalis untuk terus mengakumulasi modal melalui eksolitasi buruh, untuk menjadi kaya, kaya sekaya-kayanya, untuk menjadi semakin kaya lagi, dan tidak lagi kata cukup untuk menambah kekayaan. Ini semua bukalah persoalan Si kapitalis serakah atau rakus, karena Si kapitalis adalah orang yang tidak taat agama, orang cina, orang Amerika, jepang, korea, Arab dan lain-lain…SEMUA ORANG KAPITALIS ADALAH SAMA. Karena memang watak ini bukan karena adanya tuntutan keserakahan dari individu-individu kapitalis, melainkan tuntutan dari cara kerja Sistem kapitalisme yang menuntut setiap kapitalis untuk menjadi demikian.
a.      Eksploitasi
Alienasi dan penghisapan nilai-lebih merupakan suatu bentuk eksploitasi dalam tubuh kapitalisme. Eksploitasi merupakan sesuatu yang melekat dalam tubuh kapitalisme sejak awal kemunculannya. Dan karena eksploitasi inilah Sistem tersebut dapat bertahan hingga sekarang.
Monopoli atas alat-alat produksi yang dinikmati oleh minoritas memungkinkan mereka membayar sebuah upah untuk tenaga kerja yang kurang dari nilai yang dihasilkan oleh para pekerja. Sehingga kaum pemilik alat-alat produksi mendapatkan sebuah nilai-lebih dari jerih payah kaum pekerja. Nilai-lebih tersebut menjadi sumber profit, dividend an bunga.
Di saat yang sama, perusahaan-perusahaan yang dimliki oloh kaum minoritas tersebut sedanng saling bersaing. Akibatnya, setiap perusahaan berusaha untuk tumbuh lebih cepat dari para pesangannya. Hal itu hanya dapat dilalakukan cara senantiasa memaksimalkan nilai-lebihnya, dengan semakin menghisap kaum pekerja. Sebagai kosekuensinya timbullah sebuah fenomena yang sama sekali kontrdiktif bahkan absurd : terjadi pertumbuhan ekonomi yang tidak ada sangkut pautnya dengan peningkatan kemakmuran rakyat. Dan ksemua bentuk penindasan tersebut berdiri tegak di atas fondasi eksploitasi atas manusia.
Di samping eksploitasi terhadap buruh, Sistem ini juga melakukan eksploitasi terhadap alam, sehingga menyebabkan kerusakan alam yang parah. Kapitalis tidak memperdulikan apakah penebangan hutan perlu dibatasi, satwa liar perlu dilindungi, ekosistem manusia perlu ialah seberapa banyak keuntungan yang didapatkannya.
b.      Akumulasi
Kepemilikan alat-alat produksi dipergunakan untuk menghasilakan barang-barang untuk dijual ke pasaran untuk mendapatkan untung. Keuntungan ini kemudian dipergunakan kembali untuk menambah modal mereka untuk produksi barang kembali, dijual ke pasar, dapat untung, begitu seterusnya. Inilah yang kemudian sering dikatakan bahwa tujuan dari kapitalisme adalah untuk mengakumulasi capital (modal) secara terus menerus. Di sisi lain, para kapitalis yang lebih besar mengalahkan kapitalis yang lebih kecil di pasaran atau mengambil alih bisnis mereka, dan ini menyebabkan proses konsentrasi dan sentralisasi capital.
Para pemilik modal berlaku sebagai penyelenggara proses akulasi, dan ia adalah klas yang paling diuntungkan dengan adanya proses tersebut. Dan mereka tidak mempunyai pilihan lain kalau ingin tetap menjadi pemilik modal. Seandainya mereka tidak berhasil mengakumulasi profit yang setara dengan profit para kapitalis lain, mereka akan kalah bersaing sehingga harus gulung tikar atau menjual perusahaan mereka pada para kapitalis lain itu. Untuk tetap bertahan dalam Sistem ini, maka kaum kapitalis harus senantiasa memaksimalkan akumulasi keuntungan, yang nota-benenya didapat dari eksploitasi terhadap klas buruh.
c.       Ekspansi
Dengan adanya akumulasi keuntungan yang tak terhingga, dan dengan adanya kompetisi diantara para kapitalis, maka kapitalis harus senantiasa merambah wilayah-wilayah baru yang belum terjamah. Hal ini menyebabkan suatu proses kapitalisasi disegala bidang masyarakat. Komodifikasi terhadap setiap sendi kehidupan yang memungkinkannya untuk menyadap nilai-lebih.
Kapitalisasi juga dapat berupa perluasan pasar dan perluasan daerah eksploitasi. Modal harus ada di mana-mana dan dengan leluasa mengalir tanpa hambatan. Dalam persaingan antar kapitalis, hanya dengan pasar yang luas dan eksploitasi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang melimpah dan murah, kapitalis dapat tetap bertahan menjadi seorang kapitalis serta mengalahkan para pesainganya.
Segala cara dilakukan guna memenuhi kebutuhan akan ekspansi ini, seperti yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan multinasional di era neo-liberalisasi yang mendirikan pabrik-pabriknya di Negara-negara dengan upah buruh yang murah, masuknya penanaman modal asing yang sangat besar pada Negara-negara dunia ketiga dimana hal itu terjadi dalam relasi yang timpang dan eksploitatif (semata-mata untuk mendapatkan factor-faktor produksi yang murah), bahkan intervensi Amerika Serikat ke irak yang dalam kenyataanya dilakukan hanya untuk mendapatkan minyak. Ekspansi kapitalis merupakan suatu bentuk imperialisasi (penundukan) dan kolonialisasi (penjajahan) dengan wajah baru, yang pada masa ini menyatakan dirinya sebagai NEKOLIM (Neo-kolonialisme Imperialisme).

E.     SEJARAH SINGKAT PERKEMBANGAN KAPITALISME
Kapitalisme muncul setelah feodalisme runtuh dengan secara garis besar terbagi menjadi tiga fase:
1.      Kapitalisme Awal ( 1500 – 1750 ).
Kapitalisme pada fase ini masih mengacu pada kebutuhan pokok yang ditandai dengan hadirnya industri sandang di Inggris sejak abad XVI sampai abad XVIII. Dan berlanjut pada usaha perkapalan, pergudangan, bahan- bahan mentah, barang- barang jadi dan variasi bentuk kekayaan yang lain. Dan kemuadian berubah menjadi perluasan kapasitas produksi, dan talenta kapitalisme ini yang kemudian hari justru banyak menelan korban. Di perkotaan, para saudagar kapitalis menjual barang-barang produksi mereka dalam satu perjalanan dari satu tempat ke tempat lainnya. Mula-mula mereka menjual barang pada teman sesama saudagar seperjalanan, lalu berkembang menjadi perdagangan public. Sementara di wilayah pedesaan saat itu masih cenderung feodalistik    .
Dalam hal ini Russel mengemukakan adanya tiga faktor yang menghambat kapitalisme di pedesaan dan berbagai wilayah lain. Kendala itu adalah            
a.       Tanah yang ada hanya digunakan untuk bercocok tanam, sehingga hasil produksinya sangat         terbatas. Russel mengusulkan untuk mengubah tanah menjadi sesuatu yang lebih        menguntungkan (profitable ). Atau dengan pengertian lain tanah bias diperjual belikan seperti    barang lainnya.
b.      Para petani atau buruh tani yang masih terikat pada Sistem ekonomi subsistensi2 . komentar Russel untuk hal ini adalah mereka siap unutk dipekerjakan dengan upah tertentu.
c.       Hasil produksi yang diperoleh petani saat itu hanya sekedar digunakan untuk mencukupi   kebutuhan pribadi. Menurutnya, produksi hasil petani harus ditawarkan ke pasar dan siap dikonsumsi oleh publik.
2.      Kapitalisme Klasik ( 1750 – 1914 ).
 Kapitalisme pada fase ini merupakan pergeseran dari perdagangan public kebidang industri yang ditandai oleh Revolusi Industri di Inggris dimana banyak diciptakan mesin- mesin besar yang sangat menunjang industri. Di fase inilah terkenal tokoh yang disebut “bapak kapitalisme” dengan bukunya yang sangat tekenal the Wealth Of Nations ( 1776 ) dimana salah satu poin ajarannya laissez faire dengan invisible hand-nya ( mekanisme pasar )dan beberapa tokoh seangkatan seperti David Ricardo dan John Stuart Mills, yang sering dikenal sebagai tokoh ekonomi neo- klasik. Pada fase inilah kapitalisme sering mendapat hujatan pedas dari kelompok Marx.
3.      Kapilaisme Lanjut ( 1914 – sekarang ).
Momentum utama fase ini adalah terjadinya Perang Dunia I, kapitalisme lanjut sebagai peristiwa penting ini ditandai paling tidak oleh tiga momentum. Pertama, pergeseran dominasi modal dari Eropa ke Amerika. Kedua, bangkitnya kesadaran bangsa- bangsa di Asia dan Afrika sebagai ekses dari kapitalisme klasik, yang kemudian memanifestasikan kesdaran itu dengan perlawanan. Ketiga, revolusi Bolshevik Rusia yang berhasrat meluluhlantakkan institusi fundamental kapitalisme yang berupa pemilikan secara individu atas penguasaan sarana produksi, struktur klas sosial, bentuk pemerintahan dan kemapanan agama. Darisana muncul ideology tandingan yaitu komunisme.    
Perspektif Teori Dasar Kapitalisme Secara Sosiologis Dan Ekonomis
Secara sosiologis paham kapitalisme berawal dari perjuangan terhadap kaum feudal, salah satu tokoh yang terkenal Max Weber dalam karyanya The Protestan Ethic of Spirit Capitalism, mengungkapkan bahwa kemunculan kapitalisme erat sekali dengan dengan semangat religius terutama kaum protestan. Pendapat Weber ini didukung Marthin Luther King yang mengatakan bahwa lewat perbuatan dan karya yang lebih baik manusia dapat menyelamatkan diri dari kutukan abadi. Tokoh lain yang mendukung adalah Benjamin Franklin dengan mottonya yang sangat terkenal yaitu “Time Is Money”, bahwa manusia hidup untuk bekerja keras dan memupuk kekayaan.
Secara ekonomis maka perkembangan tidak akan pernah akan bisa lepas Dari sang maestro, Bapak kapitalisme yaitu Adam Smith dimana ia mengemukakan 5 teori dasar dari kapitalisme :
a.       Pengakuan hak milik pribadi tanpa batas – batas tertentu.
b.      Pengakuan hak pribadi untuk melakukan kegiatan ekonomi demi meningkatkan status social ekonomi.
c.       Pengakuan adanya motivasi ekonomi dalam bentuk semangat meraih keuntungan semaksimal mungkin.       
d.      Kebebasan melakukan kompetisi.        
e.       Mengakui hukum ekonomi pasar bebas/mekanisme pasar.


F.     KONTRADIKSI DALAM KAPITALISME
Kapitalisme telah menyederhanakan komposisi klas yang mengisi struktur klas masyararakat kapitalis. Strutur dan watak klas ini akan menentukan hybungan Sosial yang terjadi antara satu klas dengan klas lain. Kepemilikan pribadi akan factor-faktor produksi, pencipataan komoditas dan berlakunya mekanisme pasar, telah membentuk struktur klas yang khas dan antagonistic (salaing berlawanan) antara klas pemilik modal dan klas pekerja atau buruh. Kedua klas ini berinteraksi satu sama lain dalam hubungan produksi dengan kepentingan-kepentingan yang kontradiktif.
Hubungan antara pemilik modal dengan buruh adalah hubungan yang eksploitatif yang tercermin dalam konsep kerja upahan. Di satu sisi, buruh sebagai manusia yang memerlukan pemenuhan kebutuhan hidup untuk mempertahankan hidupnya dengan cara menjual tenaga kerjanya kepada pemilik modal  dengan tingakat upah tertentu yang hanya cukup untuk makan sehari-hari atau untuk memenuhi kebutuhan yang mendasar secara pas-pasan. Di sisi lain, sebagai manusia, tentunya seorang buruh menginginkan standar hidup yang layak, yang hanya bisa dipenuhi dengan kenaikan upah yang tinggi, sehingga kepentingan klas buruh adalah upah yang tinggi (sesuai kebutuhan layak hidupnya yang semakin meningkat).
Dalam Sistem kapitalis, semakin tinggi tingkat upah buruh, maka keuntungan kapitalis akan semakin kecil, agar keuntungannya semakin besar maka upah buruh harus ditekan.
Pada dasarnya, secra lebih luas kontradiksi kapitalisme terdapat secara inheren pada ketiga watak dasar yang dimlikinya sebagai sebuah Sistem. Wataknya yang eksploitatif sangat kontradiktif dengan kepentingan klas buruh di seluruh dunia. Selain itu juga, eksploitasi terhadap alam telah mengurangi hak hidup seluruh manusia di dunia dalam kelestarian alam. Kapitalisme juga mengeksploitasi tenaga kerja anak-anakdan perempuan dalam jumlah yang sangat besar, terutama di Negara-negara dunia ketiga dan membayar mereka dengan upah yang rendah serta membiarakannya hidup secara tidak layak.
Ketika kontrdiksi antara kaum pemodal (Kapitalis) dan kaum pekerja (buruh) mencapai titik klimaks, maka keruntuhan kapitalisme hanya menunggu Bom waktu akan meledak, setelah itu, akan lahir sebuah Sistem baru yang lebih humanis yang akan menggantikan Sistem kapaitalisme, seperti apa yang diramalkan oleh Karl Marx.
Berangkat dari kontrdiksi diatas, maka Marxian memprediksikan tentang masa depan kapitalisme, paling tidak sampai abad XXI ini. Kapitalisme kemungkinan akan mengalami krisis structural. Krisis ini muncul sebagai akibat dari antagonisme inheren antara capital dan tenaga kerja. Keberhasilan kapitalisme sebagai Sistem ekonomi dunia maupun ideology yang berusaha untuk menciptakan kondisi mayarakat yang berkelimpahan (affluent society), terancam bahaya structural yang dahsyat dengan indikasi semakin besarnya kesenjangan akumulasi capital antar klas. Kelompok Marxian ini kemudian menawarkan sosialisme sebagai Sistem yang lebih layak untuk diusung olek klas yang tertindas oleh eksploitasi kapitalisme.

G.    KESIMPULAN
Kapitalisme bukanlah hanya Sistem ekonomi belaka, melainkan sudah menjadi Sistem Sosial yang meracuni segala bentuk kehidupan manusia. Kapitalisme, sebagai lingkaran setan, telah membawa dampak dehumanisasi, kesenjangan Sosial, kemiskinan, pengangguran, pembodohon serta penderitaan rakyat yang berkepanjangan. Dengan invisible handsnya (tangan-tangan gaibnya), kapitalisme ingin menguasai dunia tanpa intervensi suatu Negara, sekalipun ada otoritas Negara, itupun digunakan sebagai panjang tangan atau boneka para kapitalis belaka. Tak bisa dibayangkan, bagaimana kesejahteraan dan keadilan rakyat bisa terwujud??,
Jika semua diserahkan pada mekanisme pasar. Yang muncul hanyalah monopoli dan hukum rimba ekonomi yang berlaku, siapa yang menguasai alat-alat produksi dan memiliki modal, dialah yang akan memenangkan sebuah kompetisi yang bebas ini. Buruh hanyalah akan dijadikan komoditas yang bisa dijual-belikan, para petani hanya akan tetap banting tulang dan peras keringat tanpa memiliki tanahnya sendiri, bahkan seluruh sumber daya alam di suatu Negara akan jatuh menjadi komoditas para kapitalis dan semua orang akan bekerja untuk kepentingan para kapitalis.
Disaat kapitalisme menjadi ideology dominan dalam seluruh sector kehidupan manusia (ekonomi, politik, budaya, Sosial, pendidikan dll), maka apakah kita sebagai manusia yang berfikir logis dan memiliki nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi sebagai tolak ukur untuk berkembang tanpa adanya penghisapan antar manusia satu dengan manusia lain, apakah kita akan diam tertunduk di bawah ketiak para kapitalis yang busuk itu???. Jawabannya adalah sama sekali TIDAK..kawan!!. sekali TIDAK… So what’s to be done?? DESTROY THE CAPITALISM..!!



BERSAMA RAKYAT, SATUAKAN TEKAD,
DEMI PERUBAHAN DAN PEMBEBASAN
Komentar Facebook
0 Komentar Blogger

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

ads ads ads ads Ads by NasrulL_Pilohn
Belajar Bersama untuk meraih mimpi yang gemilang
Akunasrull.blogspot.com adalah tempat belajar bersama gratis
Akunasrull.blogspot.com

Belajar Bersama Gratis
Akunasrull.blogspot.com adalah tempat belajar bersama gratis
Akunasrull.blogspot.com

Belajar Bersama Gratis
Akunasrull.blogspot.com adalah tempat belajar bersama gratis
Akunasrull.blogspot.com

Belajar Bersama Gratis
Akunasrull.blogspot.com adalah tempat belajar bersama gratis
Akunasrull.blogspot.com

Ads by NasrulL_Pilohn
ads ads ads ads
 
Copyright © 2013. nasrull-samawa || Artikel bisa diperbanyak dan disebarluaskan dengan menyebut sumber "nasrull-samawa"...
Template Creating Website || Diberdayakan Oleh Blogger