Didalam arkeologi
kesadaran manusia, menurut Paulo Freire terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kesadaran
magis, kesadaran naif dan kesadaran kritis.
Pertama, kesadaran
magis. Dalam hal ini merupakan kesadaran paling rendah yang dimiliki oleh
manusia. Katanya, orang dengan kesadaran ini melihat kehidupan mereka sebagai
sesuatu yang tidak terelakkan, natural dan sulit diubah. Mereka cenderung
mengaitkan kehidupannya dengan takdir, mitos dan kekuatan superior yang tidak
terbukti secara empiris maupun ilmiah. Sehingga orang dengan kesadaran ini,
menganggap kemiskinan dan penindasan sebagai takdir yang tidak terelakkan.
Masyarakat Indonesia
pada umumnya berada pada tingkat kesadaran magis ini. yang lebih sering kita
jumpai pada mereka yang lemah dan tertindas oleh kekuasaan. Mereka yang tak
punya. Mereka terbelenggu oleh permasalahan yang begitu kompleks yang membuat
mereka pada akhirnya pasrah dan menerima apa adanya dalam hidup ini.
Kedua, kesadaran naif.
Paulo Freire menyebutnya sebagai kesadaran semi-intransitif, karena
orang pada tingkat kesadaran ini telah bisa menjadi subjek yang mampu berdialog
dengan yang lain, tapi belum sampai pada tahap memahami realitas dalam true
act of knowing. Mereka mampu memahami masalah yang mereka alami, namun
mereka cenderung untuk menyepelekan dan tidak mengujinya secara cermat.
Sehingga mereka sangat rentan dimanipulasi oleh elit politik lewat propaganda,
slogan atau mitos.
Masyarakat kita saat ini
sudah banyak yang memiliki kesadaran seperti itu. bisa memahami permasalahan
yang sedang mereka alami namun terlihat seperti acuh tak acuh atau terlihat
kurang peduli.
Bisa kita lihat pada
permasalahan saat ini. masalah kenaikan BBM. Mereka tahu kalau itu kurang baik
namun karena banyaknya pemahaman yang mempengaruhinya membuat mereka susah
untuk menentukan tindakan seperti apa yang seharusnya dilakukan.
Ketiga, kesadaran yang paling
tinggi dalam arkeologi kesadaran manusia menurut Paulo Freire adalah kesadaran
kritis. Manusia dalam kesadaran ini mampu berpikir dan bertindak sebagai
subjek serta mampu memahami realitas keberadaannya secara menyeluruh, mampu
memahami pemahaman yang kurang baik dalam teks dan realitas. Dan yang perlu
diingat pada perkataan Freire adalah “kesadaran kritis tidak bisa
diimpose atau didepositokan, tapi harus dilahirkan lewat usaha yang kreatif
dari dalam diri sendiri”.
Masyarakat dengan
tingkat kesadaran kritis masih sedikit ditemui saat ini. mungkin karena
masyarakat sudah terbiasa di-nina bobo-kan. Sehingga susah untuk
berpikir kritis. Akibatnya susah untuk mencapai keadilan. Karena jumlah mereka
yang berpikir kritis ini masih sedikit. Kalah dengan suara mereka yang memiliki
kekuasaan.
Ketiga tingkat kesadaran
manusia itu dapat kita jumpai pada masyarakat Indonesia. Apakah anda sudah tahu
saat ini anda pada tingkat kesadaran seperti apa??